Menumbuhkan Budaya Literasi Dari Rumah

     Salam literasi.
Familiar dengan salam yang satu ini? Salam yang belakangan sering terdengar, sering terbaca juga dimana-mana termasuk di media sosial. Senang ya, kalau kita melihat kesadaran ini makin merebak.

Apa sih literasi itu?
Menurut Wikipedia, literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. 

Lalu siapakah yang berperan hingga literasi menjadi sebuah kesadaran? Apakah harus belajar ke luar negeri dulu? Tunggu!!
Sebelum jauh-jauh pergi ke luar negeri, kita di sini dulu. Kita mulai dari dalam rumah kita sendiri dulu.
Sebagai seorang ibu, memulai kesadaran literasi kuncinya adalah membiasakan diri, dan membiasakan juga anak-anak di rumah untuk cinta membaca.
Membaca adalah satu hal yang bisa mulai dibiasakan sejak dini, sesuai tingkatan umur anak-anak.
Bahkan seorang ibu pun bisa mengajak bayinya berbicara, berkomunikasi sejak bayi masih dalam kandungan.
Sekarang juga sudah banyak buku-buku khusus untuk bayi dengan bahan lembut yang aman untuk mereka. Membacakan buku menjelang tidur. Mengajak anak-anak untuk selalu terlibat aktif dalam diskusi keluarga. Bahkan bisa bersama-sama anggota keluarga mewujudkan pojok baca di rumah. Kalau sudah terbiasa, jangan heran ketika anak-anak menjadi senang berkunjung ke perpustakaan sekolah, bahkan perpustakaan kota.

       
Buku-buku untuk balita
 

    Tentu saja ini juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Berangkat dari keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tempat lain dimana anak-anak ini bisa belajar. Sekolah-sekolah bisa membuat pojok baca di semua kelas, atau bisa juga membuat lomba pojok baca, misalnya. Agar semua bisa lebih bersemangat lagi dalam hal ini. Kebetulan sekolah anak saya menerapkan ini, selain juga ada perpustakaan sekolah.
Sementara di lingkungan masyarakat, bisa dibuat taman bacaan dengan berbagai macam bacaan yang menarik dan lengkap. Dengan berbagai program yang menarik warganya untuk datang ke taman bacaan tersebut. Tak bisa dipungkiri, dengan beragamnya latar belakang dan kesibukan mereka, tentu saja harus ada strategi supaya taman bacaan tersebut tetap eksis.
Tapi semua perlu dibiasakan sehingga lama-kelamaan menjadi sebuah budaya. Budaya membaca yang tentu saja akan memperkaya wawasan dan kualitas seseorang.
Lantas apakah mudah atau justru sulit kesadaran literasi ini muncul dalam lingkup keluarga dan masyarakat?
Seperti yang saya tulis di atas, kita harus membiasakan diri. Dalam keluarga, orang tua menjadi rule model bagi anak-anaknya. Anak-anak yang sedari kecil sering melihat orang tuanya membaca, mereka juga akan terbiasa dengan aktivitas membaca.

       
Mengunjungi perpustakaan kota Jogja

         

     Dalam lingkup masyarakat, topik literasi ini bisa disampaikan dalam berbagai forum atau pertemuan, misalnya dalam pertemuan PKK, pertemuan RT dan sebagainya, sehingga menjadi pemahaman bersama betapa pentingnya literasi ini. Tentu saja kaum muda juga sangat penting perannya dalam mewujudkan kesadaran literasi. Karang taruna, muda-mudi, atau apalah sebutannya, mereka bisa membuat forum diskusi melalu grup messaging maupun melalui media sosial untuk juga berperan dalam gerakan literasi.
Juga saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus, misalnya berkebutuhan khusus dalam penglihatan, sangat terbuka untuk bisa berperan dalam hal ini, atau juga mendorong pihak terkait untuk membuat perpustakaan audio. Sampai di sini saya jadi ingat dulu pernah membaca sebuah buku lalu direkam untuk keperluan perpustakaan audio tersebut.
     Memang keluarga adalah lingkup terkecil dalam masyarakat. Tetapi justru dari sanalah semua dimulai, membiasakan anak disiplin, menanamkan nilai-nilai, termasuk juga mengajak anak untuk selalu cinta membaca sebagai bentuk peran dalam #LiterasiKeluarga.
Kita sebagai orangtua, khususnya seorang ibu sudah semestinya aware bahwa jaman sudah berubah. Generasi milenial memberi tantangan baru tentang bagaimana menyiapkan mereka ke depannya agar mampu mengambil kebaikan dari derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi.
Semoga salam literasi dari rumah ini terus bergaung, sehingga saat anak-anak berbaur dengan masyarakat yang lebih luas lagi, mereka siap menjadi bagian dalam memajukan bangsa.


#SahabatKeluarga 

Posting Komentar

0 Komentar